Ket. Photo: Hasanul Arifin, pegiat media sosial
PELALAWAN –KABAR KOMPAS.ID
Aksi demonstrasi yang semakin marak belakangan ini dinilai mulai membawa dampak serius terhadap stabilitas daerah dan iklim investasi, termasuk di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Pelalawan, yang dikenal sebagai daerah strategis di sektor industri dan perkebunan, kini mulai merasakan dampak negatif dari aksi unjuk rasa. Salah satu titik vital, yakni Kota Pangkalan Kerinci, disebut mulai terdampak akibat gangguan yang ditimbulkan oleh aksi demonstrasi.
“Demo yang dilakukan secara sporadis telah mengganggu ketertiban umum dan mulai menghambat laju investasi di daerah,” tegas Hasanull Arifin, seorang pegiat sosial yang juga aktivis masyarakat, saat ditemui Cyber88.co.id di Pekanbaru, Rabu (6/8/2025).
Menurut Arifin, kondisi ini cukup mengkhawatirkan. Aksi massa yang berulang-ulang dikhawatirkan akan menurunkan minat investor yang sebelumnya mulai melirik Pelalawan sebagai wilayah potensial untuk pengembangan usaha.
Lebih jauh, ia menilai bahwa aksi yang tidak terkontrol bisa menimbulkan efek domino, tidak hanya secara ekonomi, namun juga sosial. Ketegangan yang tercipta di tengah masyarakat akibat terganggunya aktivitas sehari-hari bisa memicu keresahan yang lebih luas.
“Demonstrasi memang sah secara konstitusi, tapi harus tetap dalam koridor damai, tidak anarkis, dan tidak mengganggu obyek vital,” tegas Arifin.
Ia menyinggung aksi terbaru yang dilakukan oleh Koalisi Mahasiswa Peduli Keadilan Sosial (KMPKS) yang menuntut isu buruh dan lingkungan terhadap perusahaan pulp di wilayah tersebut. Aksi itu dilakukan di Pos I PT RAPP Pangkalan Kerinci yang sejatinya merupakan Obyek Vital Nasional dan tidak diperbolehkan menjadi lokasi unjuk rasa.
“Kami menghargai semangat adik-adik mahasiswa, tetapi menyampaikan tuntutan dengan cara menduduki obyek vital adalah langkah keliru dan bisa berkonsekuensi hukum,” ujar Arifin.
Ia juga mengimbau mahasiswa untuk mengedepankan pendekatan dialog, musyawarah, dan solusi yang saling menguntungkan daripada aksi massa yang berpotensi ditunggangi pihak tertentu.
“Toh, yang disampaikan adalah aspirasi. Alangkah baiknya disampaikan lewat ruang dialog yang produktif, bukan aksi jalanan yang justru merusak citra perjuangan itu sendiri. Jangan sampai mahasiswa diperalat oleh kepentingan kelompok,” pungkasnya. ***